Saving


Menabung lazim diartikan “mencelengkan” sisa pendapatan setelah (!) terpakai untuk konsumsi. Dengan pola pikir begitu, tidak heran, banyak orang bertahun-tahun menabung tetapi hasilnya hanya BUKU TABUNGAN – dengan saldo sama sekali tidak memuaskan.

Menabung, semestinya lebih dekat dengan makna tindakan “menyelamatkan” (SAVING) sebagai lawan kata “membahayakan” (ENDANGER); bukan “menyisakan”. Dalam bahasa Inggris, menabung ≈ SAVING bermakna:
1. to keep (someone or something) safe : to stop (someone or something) from dying or being hurt, damaged, or lost
2. to stop (something) from ending or failing : to make (something that is in danger of failing) successful
3. to keep (something) from being lost or wasted
Sumber: http://www.merriam-webster.com/dictionary/save”)

Jelas, menabung adalah tindakan penyelamatan, … dari bahaya, dari kerusakan, dari kesia-siaan, dari dosa, dan dari lain-lain hal yang tidak perlu (tidak farlu, tidak fardlu, tidak wajib). Menabung berarti menyelamatkan [sesuatu: uang, waktu, tenaga] untuk sesuatu [tujuan] penting di masa depan. Jelasnya, menyelamatkan pendapatan dari bahaya konsumtivisme.

Menabung adalah menyelamatkan. Menabung untuk berjaga-jaga (bila keadaan darurat [My: kecemasan]), disebut tabungan darurat. Menabung agar kelak bisa melaksanakan ibadah haji (karena biayanya besar) disebut tabungan haji. Menabung untuk rencana masa depan menyekolahkan anak disebut tabungan sekolah anak. Menabung untuk kelak bisa membangun atau memiliki rumah disebut tabungan rumah. Menabung agar beberapa tahun lagi bisa memulai usaha (karena modal untuk memulai usaha tidak sedikit) disebut tabungan modal usaha.

Lihat, semua kegiatan menabung (perlu) punya tujuan. Untuk apa menabung? Untuk berjaga-jaga, berhaji, bersekolah, membangun rumah, memulai usaha, dan lain sebagainya. Semua tabungan dibuat untuk mencapai tujuan keuangan, yakni tujuan  kesejahteraan yang pencapaiannya membutuhkan sejumlah uang.

Jadi, menabung adalah menyelamatkan uang, waktu, dan tenaga, dari suatu bahaya, kerusakan, kesia-siaan dan hal-hal negatif lainnya disebabkan oleh pemakaian (konsumsi, consumption) di masa sekarang yang tidak perlu.

Batasan minimal untuk menabung atau menyelamatkan adalah keperluan atau kebutuhan. Perlu dari bahasa Arab fardlu » farlu » perlu,  yang artinya wajib. Penggunaan uang, tenaga, dan waktu untuk sekarang adalah yang perlu atau yang wajib saja, yakni kebutuhan atau yang dibutuhkan. Selebihnya perlu (=wajib) diselamatlkan. Diselamatkan dari apa? Dari bahaya konsumsi sekarang yang berlebihan, sia-sia, merusak, berbahaya, dan dosa.

Pengertian menabung dalam Bahasa Indonesia masa kini (http://kamusbahasaindonesia.org/menabung) seperti lazim dipahami masyarakat, cenderung samar dan menyesatkan. Tidak tergambar tujuan dalam pengertian menabung dalam Bahasa Indonesia, untuk apa harus menabung?

Yang terjadi dalam praktek kehidupan sehari-hari banyak orang, menabung diartikan sebagai menyimpan {sisa} uang yang tidak dikonsumsi saat ini dalam wujud tabungan di rumah (“di bawah bantal”, istilahnya) atau di bank.  Tidak heran bila terjadi, seseorang atau suatu rumah tangga yang telah bertahun-tahun menabung, hasilnya “hanya” buku tabungan! Jangankan rumah tangga miskin yang penghasilan per bulannya di bawah upah minimum regional (UMR), atau sekitar Rp1 juta.  Rumah tangga “menengah” yang berpendapatan sampai Rp10 juta per bulan pun banyak yang gagal menabung, atau malah sebaliknya, terjerat utang berkepanjangan. Mengapa? Karena salah pengartian menabung! Bila menabung diartikan “menyimpan sisa pendapatan” yang tidak dikonsumsi sekarang, maka tabungan niscaya tidak akan terbentuk karena pendapatan per bulan jarang tersisa. Kenapa? Karena keinginan konsumsi yang tidak terbatas, bila tidak dikendalikan akan menghabiskan seluruh pendapatan, bahkan kurang.  Di atas keinginan yang terpenuhi, masih ada keinginan lain yang lebih besar. Banyak kelas menengah baru yang terjerat utang, terutama kartu kredit, bukan karena pendapatannya kecil, melainkan karena konsumsinya melebihi pendapatan. Peribahasanya, lebih besar pasak daripada tiangnya.

Jadi, bisakah seseorang, khususnya dari rumah tangga miskin menabung? Bisa! Asalkan pengartian menabungnya dibetulkan, dan syaratnya dipenuhi. Menabung bukan menyimpan sisa pendapatkan, melainkan justru menyelamatkannya dari bahaya konsumsi sekarang yang berlebihan. Menabung juga berarti menahan diri (berpuasa) dari kebutuhan masa kini untuk tujuan kesejahteraan yang lebih penting dan lebih bernilai di masa depan. Syaratnya ada tiga: 1) punya pendapatan (dari bekerja); 2) punya tujuan kesejahteraan; dan 3)  mau membuat penyelamatan (saving) terhadap sebagian (misalnya sepertiga, seperempat, atau seperlima) dari pendapatan itu. Dalam norma menahan diri (berpuasa) mengurangi sepertiga dari kebutuhan normal, terbukti tidak mengganggu apa pun pencapaian kinerja normal sehari-hari. Bahkan pengendalian diri terhadap kebiasaan berlebihan, justru berpengaruh positif.

Ambil contoh, bisakah keluarga miskin dengan penghasilan dalam batas upah minimum menabung untuk memiliki modal untuk memulai usaha dan melipatduakan pendapatannya? Bisa!  Dengan penghasilan dalam batas upah minimum, misalkan pendapatan per hari Rp40 ribu, dapat diselamatkan (ditabung) misalnya seperempatnya atau Rp10 ribu per hari, maka dalam dua tahun akan terkumpul modal Rp6 juta yang cukup untuk memulai usaha yang dapat memberikan penghasilan per bulan Rp1 juta. Bahkan keluarga miskin yang pendapatannya setengah dari UMR pun bisa menabung dan mencapai perbaikan kesejahteraan yang sama, yaitu menyelamatkan Rp5 ribu per hari, dalam dua tahun dapat mencapai tujuan keuangan untuk memulai usaha dengan modal Rp3 juta yang dapat memberikan penghasilan Rp500 ribu atau tingkat kesejahteraannya berlipat dua kali dari sekarang. Tidak ada kesulitan berarti bagi keuarga yang biasa menghabiskan Rp40 ribu per hari bila harus menahan diri untuk hanya menghabiskan Rp30 ribu saja; bahkan juga untuk keluarga yang biasa menghabiskan Rp20 ribu untuk menahan diri selama dua tahun untuk berpuasa dengan menghabiskan hanya Rp15 ribu per hari  untuk memperoleh pendapatan per hari Rp40 setelah dua tahun keprihatinan tersebut.  Apatah lagi golongan kelas menengah. Harus bisa!

Menabung

Sementara, sekian dulu.

Leave a comment