Budidaya perkebunan


Tingginya permintaan terhadap minyak nabati tercermin pada kenaikan harga minyak kelapa sawit sejak tahun 2000. Minyak kelapa sawit telah menjadi minyak makanan pokok di Malaysia dan Indonesia, serupa dengan banyak negara di Afrika Barat dalam hal ini. Meskipun harga mencapai puncaknya tahun 2008, harga minyak sawit mentah sekarang sekitar $800 per ton masih 90 persen diatas tren harga jangka panjang yang sedikit diatas $400 per ton (CIF Rotterdam). Permintaan dunia untuk minyak nabati diperkirakan meningkat 36 persen dari 2007 sampai dengan 2017, dengan biofuel memberi kontribusi sepertiga dari kenaikan ini.

FAO/OECD Agricultural Outlook 2008 – 2017

Produksi utama perkebunan kelapa sawit Indonesia, berupa minyak sawit mentah (CPO) pada tahun 2011 telah mencapai angka sekitar 21 juta ton. Dari jumlah ini konsumsi dalam negeri ‘hanya” sekitar 7 juta ton (33%). Dengan kata lain dominan untuk pasar ekspor.

Pasar minyak kelapa sawit sangat dipengaruhi oleh pasar minyak nabati dunia (terutama minyak kedelai dan jagung) yang banyak diproduksi oleh negara-negara sub-tropis yang nota bene maju. Sementara minyak kelapa sawit merupakan produksi utama negara-negara tropis yang notabene dalam perdagangan dan industri masih kalah maju.

Kebijakan pengembangan perkebunan kelapa sawit Indonesia dewasa ini diarahkan ke wilayah Indonesia Timur.  Sumatera tidak disarankan melakukan perluasan areal karena dianggap sudah jenuh. Pembangunan yang dapat dilakukan adalah peremajaan. Kebijakan perkelapasawitan lebih diarahkan pada pengembangan industri hilir yang mengolah CPO, namun seperti yang terlihat dari pertumbuhan penyerapan pasar dalam negeri seperti terlihat di atas masih terbatas.

Leave a comment